Nama Lengkap : Ahmad Fadli Djamil
Kelas/Kelompok : IIIc/C1.1
Nis : 114621
Tanggal Mulai : 02 september 2013
Tanggal Selesai : 02 September 2013
Judul Penetapan : Penetapan Bilangan Peroksida
Tujuan Penetapan : Untuk menguji ketengikan
minyak/lemak
Dasar Prinsip : Bilangan peroksida sebagai jumlah
asam lemak teroksidasi ditentukan berdasarkan jumlah iodine(I2) yang
terbentuk dari reaksi peroksida dalam minyak dengan ion Iodine (I-)
yang sebanding dengan kadar peroksda sample
eaksi : 1. R-OOH + 2KI
+ H2O ===> R-OH +
I2 + 2KOH
2. I2 + 2Na2S2O3 ====> 2NaI + Na2S4O6
Landasan Teori :
Angka
peroksida atau bilangan peroksida merupakan suatu metode yang biasa digunakan
untuk menentukan degradasi minyak atau untuk menentukan derajat kerusakan
minyak.
Bilangan peroksida adalah indeks jumlah lemak atau minyak yang telah
mengalami oksidasi Angka peroksida sangat penting untuk identifikasi
tingkat oksidasi minyak. Minyak yang mengandung asam- asam lemak tidak
jenuh dapat teroksidasi oleh oksigen yang menghasilkan suatu senyawa
peroksida. Cara yang sering digunakan untuk menentukan angka peroksida
adalah dengan metoda titrasi iodometri. Penentuan besarnya angka peroksida
dilakukan dengan titrasi iodometri.
Salah satu parameter penurunan mutu minyak goreng adalah bilangan
peroksida. Pengukuran angka peroksida pada dasarnya adalah mengukur kadar
peroksida dan hidroperoksida yang terbentuk pada tahap awal reaksi oksidasi
lemak. Bilangan peroksida yang tinggi mengindikasikan lemak atau minyak sudah
mengalami oksidasi, namun pada angka yang lebih rendah bukan selalu berarti
menunjukkan kondisi oksidasi yang masih dini. Angka peroksida rendah bisa
disebabkan laju pembentukan peroksida baru lebih kecil dibandingkan dengan laju
degradasinya menjadi senyawa lain, mengingat kadar peroksida cepat mengalami
degradasi dan bereaksi dengan zat lain Oksidasi lemak oleh oksigen terjadi
secara spontan jika bahan berlemak dibiarkan kontak dengan udara, sedangkan
kecepatan proses oksidasinya tergantung pada tipe lemak dan kondisi
penyimpanan. Minyak curah terdistribusi tanpa kemasan, paparan oksigen dan
cahaya pada minyak curah lebih besar dibanding dengan minyak kemasan. Paparan
oksigen, cahaya, dan suhu tinggi merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi oksidasi.
Penggunaan suhu tinggi selama penggorengan memacu terjadinya oksidasi minyak.
Kecepatan oksidasi lemak akan bertambah dengan kenaikan suhu dan berkurang pada
suhu rendah.
Peroksida
adalah larutan berair dari hidrogen peroksida (HOOH or H2O2), senyawa yang
dijual sebagai disinfektan atau pemutih ringan. Biasanya hidrogen peroksida
yang dijual secara komersial adalah larutan encer yang berisi sedikit
stabilizer, dalam botol kaca atau polietilena untuk menurunkan tingkat
dekomposisi. 6% (w/v) hidrogen peroksida dapat merusak kulit, menimbulkan
bisul-bisul putih yang disebabkan oleh gelembung oksigen.
Peroksida terbentuk pada tahap inisiasi oksidasi, pada tahap ini hidrogen
diambil dari senyawa oleofin menghasikan radikal bebas. Keberadaan cahaya dan
logam berperan dalam proses pengambilan hidrogen tersebut. Radikal bebas
yang terbentuk bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi,
selanjutnya dapat mengambil hidrogen dari molekul tak jenuh lain menghasilkan
peroksida dan radikal bebas yang baru.
Peroksida dapat mempercepat proses timbulnya bau tengik dan flavor yang
tidak dikehendaki dalam bahan pangan. Jika jumlah peroksida lebih dari 100 meq
peroksid/kg minyak akan bersifat sangat beracun dan mempunyai bau yang tidak
enak. Kenaikan bilangan peroksida merupakan indikator bahwa minyak akan
berbau tengik.
Dalam kimia organik peroksida adalah suatu gugus fungsional dari sebuah
molekul organik yang mengandung ikatan tunggal oksigen-oksigen (R-O-O-R'). Jika
salah satu dari R atau R' merupakan atom hidrogen, maka senyawa itu disebut
hidroperoksida (R-O-O-H). Radikal bebas HOO• disebut juga radikal
hidroperoksida, yang dianggap terlibat dalam reaksi pembakaran hidrokarbon di
udara.
Peroksida organik juga cenderung terurai membentuk radikal RO•, yang berguna sebagai katalis dalam berbagai reaksi polimerasi, seperti resin poliester yang digunakan dalam glass-reinforced plastic (GRP). MEKP (metil etil keton peroksida) biasanya digunakan untuk tujuan ini.
Dalam kimia anorganik, ion peroksida adalah anion O22−, yang juga memiliki ikatan tunggal oksigen-oksigen. Ion ini bersifat amat basa, dan sering hadir sebagai ketidakmurnian dalam senyawa-senyawa ion. Peroksida murni yang hanya mengandung kation dan anion peroksida, biasanya dibentuk melalui pembakaran logam alkali atau logam alkali tanah di udara atau oksigen. Salah satu contohnya adalah natrium peroksida Na2O2.
Ion perokida mengandung dua elektron lebih banyak daripada molekul oksigen. Menurut teori orbital molekul, kedua elektron ini memenuhi dua orbital π* (orbital antiikatan). Hal ini mengakibatkan lemahnya kekuatan ikatan O-O dalam ion peroksida dan peningkatan panjang ikatannya: Li2O2 memiliki panjang ikatan 130 pm dan BaO2 147 pm. Selain itu, hal ini juga menyebabkan ion peroksida bersifat diamagnetik.
Hidrogen peroksida (H2O2) adalah cairan bening, agak lebih kental daripada air, yang merupakan oksidator kuat. Sifat terakhir ini dimanfaatkan manusia sebagai bahan pemutih (bleach), disinfektan, oksidator, dan sebagai bahan bakar roket.
Hidrogen peroksida dengan rumus kimia H2O2 ditemukan oleh Louis Jacques Thenard di tahun 1818. Senyawa ini merupakan bahan kimia anorganik yang memiliki sifat oksidator kuat. Bahan baku pembuatan hidrogen peroksida adalah gas hidrogen (H2) dan gas oksigen (O2). Teknologi yang banyak digunakan di dalam industri hidrogen peroksida adalah auto oksidasi Anthraquinone.
H2O2 tidak berwarna, berbau khas agak keasaman, dan larut dengan baik dalam air. Dalam kondisi normal (kondisi ambient), hidrogen peroksida sangat stabil dengan laju dekomposisi kira-kira kurang dari 1% per tahun.
Mayoritas pengunaan hidrogen peroksida adalah dengan memanfaatkan dan merekayasa reaksi dekomposisinya, yang intinya menghasilkan oksigen. Pada tahap produksi hidrogen peroksida, bahan stabilizer kimia biasanya ditambahkan dengan maksud untuk menghambat laju dekomposisinya. Termasuk dekomposisi yang terjadi selama produk hidrogen peroksida dalam penyimpanan. Selain menghasilkan oksigen, reaksi dekomposisi hidrogen peroksida juga menghasilkan air (H2O) dan panas. Reaksi dekomposisi eksotermis yang terjadi adalah sebagai berikut:
H2O2 ----> H2O + 1/2O2 + 23.45 kcal/mol
Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi dekomposisi hidrogen peroksida adalah:
1. Bahan organik tertentu, seperti alkohol dan bensin
2. Katalis, seperti Pd, Fe, Cu, Ni, Cr, Pb, Mn
3. Temperatur, laju reaksi dekomposisi hidrogen peroksida naik sebesar 2.2 x setiap kenaikan 10oC (dalam range temperatur 20-100oC)
4. Permukaan container yang tidak rata (active surface)
5. Padatan yang tersuspensi, seperti partikel debu atau pengotor lainnya
6. Makin tinggi pH (makin basa) laju dekomposisi semakin tinggi
7. Radiasi, terutama radiasi dari sinar dengan panjang gelombang yang pendek
Hidrogen peroksida bisa digunakan sebagai zat pengelantang atau bleaching agent pada industri pulp, kertas, dan tekstil. Senyawa ini juga biasa dipakai pada proses pengolahan limbah cair, industri kimia, pembuatan deterjen, makanan dan minuman, medis, serta industri elektronika (pembuatan PCB).
Peroksida organik juga cenderung terurai membentuk radikal RO•, yang berguna sebagai katalis dalam berbagai reaksi polimerasi, seperti resin poliester yang digunakan dalam glass-reinforced plastic (GRP). MEKP (metil etil keton peroksida) biasanya digunakan untuk tujuan ini.
Dalam kimia anorganik, ion peroksida adalah anion O22−, yang juga memiliki ikatan tunggal oksigen-oksigen. Ion ini bersifat amat basa, dan sering hadir sebagai ketidakmurnian dalam senyawa-senyawa ion. Peroksida murni yang hanya mengandung kation dan anion peroksida, biasanya dibentuk melalui pembakaran logam alkali atau logam alkali tanah di udara atau oksigen. Salah satu contohnya adalah natrium peroksida Na2O2.
Ion perokida mengandung dua elektron lebih banyak daripada molekul oksigen. Menurut teori orbital molekul, kedua elektron ini memenuhi dua orbital π* (orbital antiikatan). Hal ini mengakibatkan lemahnya kekuatan ikatan O-O dalam ion peroksida dan peningkatan panjang ikatannya: Li2O2 memiliki panjang ikatan 130 pm dan BaO2 147 pm. Selain itu, hal ini juga menyebabkan ion peroksida bersifat diamagnetik.
Hidrogen peroksida (H2O2) adalah cairan bening, agak lebih kental daripada air, yang merupakan oksidator kuat. Sifat terakhir ini dimanfaatkan manusia sebagai bahan pemutih (bleach), disinfektan, oksidator, dan sebagai bahan bakar roket.
Hidrogen peroksida dengan rumus kimia H2O2 ditemukan oleh Louis Jacques Thenard di tahun 1818. Senyawa ini merupakan bahan kimia anorganik yang memiliki sifat oksidator kuat. Bahan baku pembuatan hidrogen peroksida adalah gas hidrogen (H2) dan gas oksigen (O2). Teknologi yang banyak digunakan di dalam industri hidrogen peroksida adalah auto oksidasi Anthraquinone.
H2O2 tidak berwarna, berbau khas agak keasaman, dan larut dengan baik dalam air. Dalam kondisi normal (kondisi ambient), hidrogen peroksida sangat stabil dengan laju dekomposisi kira-kira kurang dari 1% per tahun.
Mayoritas pengunaan hidrogen peroksida adalah dengan memanfaatkan dan merekayasa reaksi dekomposisinya, yang intinya menghasilkan oksigen. Pada tahap produksi hidrogen peroksida, bahan stabilizer kimia biasanya ditambahkan dengan maksud untuk menghambat laju dekomposisinya. Termasuk dekomposisi yang terjadi selama produk hidrogen peroksida dalam penyimpanan. Selain menghasilkan oksigen, reaksi dekomposisi hidrogen peroksida juga menghasilkan air (H2O) dan panas. Reaksi dekomposisi eksotermis yang terjadi adalah sebagai berikut:
H2O2 ----> H2O + 1/2O2 + 23.45 kcal/mol
Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi dekomposisi hidrogen peroksida adalah:
1. Bahan organik tertentu, seperti alkohol dan bensin
2. Katalis, seperti Pd, Fe, Cu, Ni, Cr, Pb, Mn
3. Temperatur, laju reaksi dekomposisi hidrogen peroksida naik sebesar 2.2 x setiap kenaikan 10oC (dalam range temperatur 20-100oC)
4. Permukaan container yang tidak rata (active surface)
5. Padatan yang tersuspensi, seperti partikel debu atau pengotor lainnya
6. Makin tinggi pH (makin basa) laju dekomposisi semakin tinggi
7. Radiasi, terutama radiasi dari sinar dengan panjang gelombang yang pendek
Hidrogen peroksida bisa digunakan sebagai zat pengelantang atau bleaching agent pada industri pulp, kertas, dan tekstil. Senyawa ini juga biasa dipakai pada proses pengolahan limbah cair, industri kimia, pembuatan deterjen, makanan dan minuman, medis, serta industri elektronika (pembuatan PCB).
Alat Bahan
:]
Alat :
1.
Buret 50 mL
2.
Gelas Piala 300 mL
3.
Erlenmeyer asah 300 mL
4.
Corong
5.
Pengaduk
6.
Gelas ukur
7.
Stanler
8.
Lap halus
Bahan :
1.
Sampel ( Minyak goreng )
2.
Pelarut, terdiri dari asam asetat glasial (CH3COOH 100%) dan
Chloroform (CHCL3) dengan perbandingan 3 : 2. Cara membuatnya yaitu
dengan memasukkan 600 ml asam asetat glasial ke dalam botol
berwarna gelap dan kemudian ditambahkan dengan 400 ml
kloroform.
3.
KI Jenuh, Larutan kalium iodida jenuh
dibuat dengan menambahkan kristal kalium iodida (KI) ke dalam aquades sampai
kristal tersebut menjadi tidak larut.
4.
Aquadest
5.
Natrium Thiosulfat ( Na2S2O3.5H2O
) 0,01 N. Cara membuat : Ditimbang 2,4817 gram kristal Na2S2O3.5H2. Dimasukkan
ke dalam gelas kimia 250 ml. Larutan dipindahkan ke dalam labu ukur 1
L. Ditambahkan aquades sampai tanda dan dihomogenkan.
6.
KIO3 0,01
N. Cara membuat : Ditimbang 0,0356 gr gram kristal KIO3. Dimasukkan
ke dalam gelas kimia 250 ml larutkan dengan aquades sedikit saja. Kemudian
larutan dipindahkan ke dalam labu ukur 100 ml. Ditambahkan aquades sampai
tanda dan dihomogenkan.
7.
KI 5%. Cara membuat : Ditimbang
5 gr gram kristal KI. Dimasukkan ke dalam gelas kimia 250 ml larutkan
dengan aquades sedikit saja. Kemudian larutan dipindahkan ke dalam labu
ukur 100 ml. Ditambahkan aquades sampai tanda dan dihomogenkan.
8.
H2SO4 2N
9.
Amilum 1%. Larutan amilum dibuat dengan
menambahkan 1 gram serbuk amilum ke dalam 100 ml aquades, kemudian di
panaskan hingga mendidih sambil diaduk, kemudian didinginkan terlebih dahulu
sebelum digunakan. Larutan amilum dibuat beberapa saat sebelum dilakukan
titrasi untuk mencegah rusaknya amilum.
Cara Kerja :
Penentuan standarisasi angka
peroksida
No
|
Langkah - langkah prosedur kerja
|
|||||||
1.
|
Dengan menggunakan timbangan
analitik, ditimbang minyak sebanyak 5 gram dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer
250 ml bertutup.
|
|||||||
2.
|
Ditambahkan 30 ml pelarut yang
terdiri dari asam asetat glasial : kloroform (3:2), goyangkan larutan sampai
minyak larut.
|
|||||||
3.
|
Setelah minyak larut, tambahkan
0,5 ml larutan KI jenuh dan di tutup rapat sambil dikocok. Diamkan selama 1
menit dengan kadang digoyangkan.
|
|||||||
4.
|
Ditambahkan 30 ml aquadest.
( Warna kuning jernih berubah menjadi kuning keruh )
|
|||||||
5.
|
Kemudian titrasi dengan larutan Na2S2O3
0,01 N sampai warna kuning hampir hilang (kocok dengan kuat).
Catatan : titrasikan sampai warna
kuning hampir hilang tapi jangan sampai warna kuning menjadi benar-benar
hilang karena saat penambahan amilum tidak akan terjadi perubahan warna
menjadi biru.
|
|||||||
6.
|
Ditambahkan 0,5 ml amilum 1 %.
Campuran berubah menjadi biru gelap.
|
|||||||
7.
|
Lanjutkan titrasi sampai titik
ekivalen yaitu tepat saat warna biru hilang
|
Pengamatan :
·
Volume Titrasi (Larutan Tio 0,02 N) : 33,05 mL
·
Volume Titrasi Blanko : 0,8 mL
·
Bobobt Sample (Minyak goreng) : 10,0216 gram
·
Warna larutan sebelum dititrasi : Coklat
·
Warna larutan setelah dititrasi : Tidak berwarna
·
Warna larutan blanko sebelumdititrasi : Kuning
·
Warna larutan blanko setelah dititrasi : Tidak
berwarna
Kesimpulan :
Dari hasil percobaan, dapat disimpulkan bahwa Bilangan
peroksida yang didapatkan adalah 5,1488 x 10-4 mEq/mg
Daftar Pusaka : http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/analisis%20lipid.pdf
Makassar, September 2013
Pembimbing Praktikan